IDI Wilayah DIY

Kontak Kami

(0274) 453 4519

The Garden Town House A-1, Jl. Plumbon, Banguntapan, Banguntapan, Bantul, DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta

PERINGATAN HARI PARU SEDUNIA TAHUN 2022 BERSAMA PDPI CABANG DI YOGYAKARTA

04 Oktober 2022 433 Views

PERINGATAN HARI PARU SEDUNIA TAHUN 2022 BERSAMA PDPI CABANG DI YOGYAKARTA

PERINGATAN HARI PARU SEDUNIA TAHUN 2022 BERSAMA PDPI CABANG DI YOGYAKARTA

 

Hari Paru Sedunia diperingati setiap tanggal 25 September dengan tujuan melakukan advokasi dan promosi  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga  kesehatan Paru. Peringatan hari paru sedunia tahun 2022 bertema “Lung Health For All” (Kesehatan Paru Untuk Semua), menyoroti beban global penyakit pernapasan dan dampak pandemi COVID-19. Pesan utama peringatan ini adalah pentingnya deteksi dini dan pengurangan beban akibat penyakit paru dan pernapasan.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Yogyakarta, dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Yogyakarta dan IDI Cabang Bantul mengadakan beberapa rangkaian acara kegiatan untuk mengingatkan kembali beban penyakit yang masih menjadi penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas diIndonesia pasca pandemi seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, infeksi saluran pernapasan akut atau pneumonia, tuberkulosis (TBC), dan kanker paru-paru.

Sebagaimana kita pahami bahwa Tuberkulosis (TBC) masih merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Indonesia masih menjadi urutan kedua dalam jumlah kasus TBC setelah India. Dengan insiden sebesar 842.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 569.899 kasus maka masih ada sekitar 32% kasus yang belum ternotifikasi, baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan. Pada tahun 2017 kasus TBC yang tercatat di program ada sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 Multi Drug Resistence (MDR)  TBC, dengan perkiraan 2,4% dari kasus baru (resistensi primer) dan 13% dari pasien TBC yang diobati sebelumnya (resistensi sekunder) , tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%. Untuk mencapai Eliminasi TBC di Indonesia pada 2030, saat ini telah memasuki tahap 3 pada periode 2020-2025 dengan target yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah penurunan insiden TBC sebanyak 50%serta penurunan kematian TBC sebanyak 70% dibandingkan tahun 2014, beberapa langkah dilakukan antara lain akselerasi pengobatan profilaksis, pengobatan TBC laten, penguatan surveilans TBC, sehingga  pada tahun 2030 tercapai  target penurunan insiden TBC 90% dan penurunan kematian TBC 95% dibandingkan tahun 2014.

Dalam rangkaian WLD ini, dilaksakan Webinar dengan Materi TBC dibawakan oleh dr. Ahmad Fikri Syadzali, Sp. P dengan topik optimalisasi metode Skrining TBC untuk peningkatan "Case Detection Rate”, termasuk di dalamnya adalah materi pencegahan penularan serta pemeriksaan yang dilakukan dalam usaha deteksi dini TBC dan pengobatan TBC laten.

Topik berikutnya adalah tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK ), adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel (kembali normal) sehingga menimbulkan gejala sesak, batuk berulang, dan keterbatasan aktivitas hingga penurunan produktifitas.  Perlambatan Aliran udara ini berkaitan dengan proses inflamasi sebagai respons terhadap partikel tertentu atau gas iritan. Konsumsi tembakau adalah faktor resiko utama kejadian PPOK selain paparan asap rumah tangga dan lingkungan serta polusi udara. Pertumbuhan paru yang buruk sebagai akibat dari malnutrisi, infeksi pajanan pasif terhadap polutan dalam dan luar ruangan, juga dapat menyebabkan PPOK dan faktor risiko ini terkait erat dengan kemiskinan, urbanisasi, memburuknya kualitas udara. Pengurangan faktor risiko ini sangat penting untuk mengurangi beban PPOK di masa yang akan datang. Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Hal ini berbahaya karena apabila faktor risikonya tidak dihindari dan tidak segera mendapatkan tatalaksana maka penyakit ini akan semakin berat dan  progresif. Topik tentang PPOK dibawakan oleh dr. Ramaniya Kirana, Sp. P tentang "Screening" dan deteksi dini PPOK dengan kuesioner PUMA yang dapat dilakukan disemua level fasilitas kesehatan.

Dalam rangkaian Webinar ini juga disampaikan materi Etika Kedokteran oleh dr. Budi Nur Rokhmah, M. H. dan membahas mengenai kewajiban dokter yang dikaitkan dengan Etik dan Hukum. Turut memberikan sambutan dalam acara webinar adalah kepala dinas kesehatan Propinsi DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie dan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah DIY, dr. Joko Murdiyanto, Sp. An, MPH, FISQua.

Pada Hari kedua peringatan WLD, dilaksanakan senam asma di halaman klinik IDI Bantul, yang diikuti lebih dari 100 peserta. Senam asma merupakan sekelompok latihan (Exercise group) yang dibentuk oleh Yayasan Asma Indonesia (YAI) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot yang berkaitan dengan mekanisme pernapasan, meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam proses pernapasan. Senam asma dapat meningkatkan kemampuan penderita asma dan penyakit paru obstruktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari, yaitu meningkatkan kemampuan bernapas, meningkatkan efisiensi kerja otot-otot pernapasan, menambah aliran darah ke paru sehingga aliran udara yang teroksigenasi lebih banyak, menyebabkan pernapasan lebih lambat dan efisien, mengurangi laju penurunan faal paru,menurunkan gejala klinis,mengurangi frekuensi penggunaan bronkodilator hisap, dan menurunkan jumlah eosinofil secara bermakna.Senam asma terbukti dapat meningkatkan fungsi paru diantaranya meningkatkan beberapa indikator fungsi paru yaitu APE, VEP1, dan KVP.Senam asma yang dilakukan secara teratur akan dapat  meningkatkan kualitas hidup penderita asma. Kedepannya , acara ini akan kita adakan secara rutin dengan membentuk club asma di masing masing daerah. Setelah senam asma , sambil istirahat, peserta di berikan lembar kuesioner PUMA, yaitu kuesioner yang disusun untuk deteksi dini PPOK, dan bisa dilakukan di semua tingkat fasilitas kesehatan, termasuk dokter praktek mandiri. Dari hasil perhitungan kuesioner, pada peserta didaptkan tanda PPOK akan dilakukan pemeriksaan Spirometri, untuk kemudian dilakukan edukasi rencana tindak lanjut.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Yogyakarta menyampaikan terima kasih atas perhatian dan partisipasi semua pihak yang mendukung acara. InsyaAllah acara ini akan kita lanjutkan ditahun mendatang sebagai kontribusi PDPI dalam menjaga kesehatan Paru dan menurunkan beban penyakit paru di masyarakat khususnya di Wilayah Propinsi DIY.  (Megantara, PDPI Jogja).